Selasa, 08 Januari 2013

MERAJUT BENANG KUSUT - Lanjutan

Suatu keinginan yang besar tetapi demikian sulit untuk menata dan meningkatkan kualitas pendidikan di SD Negeri Binawangi secara wujud nyata.

(A) Pembinaan tentang Penerapan Model Pembelajaran dan Teknik Classroom Action Research 
Bagian lain dari program penataan dan peningkatan kualitas pendidikan di SDN Binawangi adalah pembinaan guru. Guru yang baik adalah mereka yang mampu memikul tanggung jawab untuk terselenggaranya pembelajaran yang optimal. Berbagai kebijakan dan program yang direncanakan dan termuat dalam KTSP perlu diterjemahkan ke dalam tindakan-tindakan nyata di kelas. Oleh karena itu sarana pembinaan guru oleh kepala sekolah dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dilakukan melalui rapat sekolah, rapat pembinaan di KKG, pembinaan langsung oleh pengawas bina,  musyawarah kelas, dan musyawarah dengan orang tua siswa. Sedangkan secara tidak langsung dilakukan melalui forum diskusi antar guru, mengirimkan guru untuk melanjutkan kuliah atau pendelegasian ke diklat-diklat yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan atau lembaga lain yang peduli terhadap peningkatan kualitas pembelajaran guru di kecamatan Haurwangi.
Beberapa kegiatan guru di kelas sebagai bentuk nyata dari hasil pembinaan tersebut dapat ditunjukkan pada foto dokumentasi sebagai berikut:
(1) Penerapan Model Cooperative Learning oleh Dani Iskandar, S.Pd
             
                 Diskusi Kelompok                                                   Penjelasan/Pemecahan Masalah               
             
          Presentasi Hasil Diskusi                                                Pelaksanaan Diskusi Kelas/Kesimpulan
Cohen (1995) berpendapat: "Cooperative learning will be defined as student working together in a group small enough that everyone participate on a collective task that has been clearly assign. Moreover, students are  expected to carryout their task without direct and immediate supervision of the teacher"    
Prinsip cooperative learning adalah: (a) belajar siswa aktif (student active learning); (b) belajar dan bekerjasama (learn together); (c) pembelajaran partisipatorik (participatoric learning); (d) mengajar reaktif (reactive teaching); dan (e) pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning).
Tujuan Cooperative learning (Bruce Joyce, dkk, 1992) adalah: (a) Generates more motivation than do individualistic, cooperative environments; (b) The member of cooperative group learn from one another; (c) Interacting with one another produce cognitive as well as social complexity, creating more intelectual activity; (d) Cooperation increases positive feeling forward one another, reducing alienation and loneliness, building relationships; (e) Cooperation increases self-esteem not only through increased learning but through the feeling; (f) Increasing their capacity to work productively together; (g) Student can learn from training to increase their ability to work together.

(2) Penerapan Model CTL (Contextual Teaching and Learning) oleh: Dadan Hermawan, S.Pd
             
             Invitasi (Orientasi Pembelajaran)                                       Contextual Problem - Diskusi


             
        Presentasi Hasil Pemecahan Masalah                                       Diskusi Kelas dan Kesimpulan             
Blanchard (2001) berpendapat bahwa pembelajaran kontekstual merupakan "suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja" (Sutardi & Sudirjo, 2007: 95).
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu: (a) Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar berorientasi kepada proses pengalaman secara langsung, siswa mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. (b) Pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat. (c) Pembelajaran kontekstual mendorong siswa agar mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke dalam kehidupan nyata sehari-hari, artinya siswa tidak hanya memahami apa yang dipelajarinya, melainkan sampai kepada aplikasinya dalam kehidupan nyata.

(B) Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler
Untuk menata dan meningkatkan kualitas pendidikan di SDN Binawangi yang dapat dikatakan tertinggal dari sekolah-sekolah dasar di lingkungan kecamatan sendiri perlu menambah kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran. Yang terpikirkan oleh kami bersama guru SDN Binawangi adalah dengan cara lebih mengintensifkan kembali program kegiatan ekstrakurikuler seperti, antara lain: kepramukaan, kesenian, bidang keolahragaan. Beberapa kegiatan itu dapat ditampilkan pada foto dokumentasi berikut ini:
(1) Kepramukaan
         
                           Latihan Gabungan Gerakan Pramuka Kwaran Haurwangi
         
                                     Gerak Jalan HUT Pramuka Tk. Kecamatan Haurwangi
(2) Kesenian
           
                                          Penampilan Group Degung                                    
       
                         Tarian Upacara Adat Penyambutan Tamu     
                
                                                         Latihan Degung dan Tari Dayang-dayang       
               
                                                              Tari Pager Ayu dan Ki/Ni Lengser
(3) Keolahragaan
             
                                          Aktivitas Voli dan Bulu Tangkis
             
                                          Aktivitas Bulu Tangkis dan Tenis Meja
(4) Pembinaan Keagamaan 
                          
                                Memperingati Maulid Nabi (Doc: Februari 2012)
              
(5) Penglulusan Siswa Kelas VI
                
               Devile Siswa Kls VI                                                        Siswa Kls VI yang Lulus
                
         Pembacaan Berita Acara Kelulusan                                        Pemberian Surat Tanda Luluas Kls VI

C. Penutup
Demikian beberapa kegiatan yang dapat ditampilkan dalam dokumentasi sebagai bentuk nyata dari menata dan meningkatkan kualitas pendidikan di SDN Binawangi. Sebetulnya bentuk-bentuk pembinaan itu sendiri telah banyak dilaksanakan, baik dalam program intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Akan tetapi karena keterbatasan dalam pendokumentasiannya, maka hanya itulah yang dapat disosialisasikan. Meskipun demikian, perubahan demi perubahan di SDN Binawangi telah menunjukkan keadaan yang lebih baik dari sejak 27 Agustus 2011 hingga kini.  Indikasi ini diperlihatkan dari berbagai tanggapan orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah yang menilai positif terhadap program-program yang telah dilaksanakan.
Suatu keinginan yang besar sedikit telah dapat dicapai berkat kebersamaan, kekeluargaan, dan persepsi yang sama dari para guru. Tidaklah sesuatu dapat diraih tanpa usaha yang sungguh-sungguh dan sikap arif bijaksana. Terima kasih kepada para guru SDN Binawangi yang telah bekerja keras merajut benang kusut hingga menjadi kain yang akan menjadi kebanggaan kita dikemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar